Rabu, 25 Maret 2020

Memilih Sekolah Untuk Si Buah Hati? Setidaknya Pertimbangkan 4 Hal Berikut


sumber : sultimnews.id

Anak adalah anugrah yang paling berharga dalam kehidupan berumah tangga. Kehadirah sang buah hati menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri, bahkan oleh keluarga besarnya. Begitu pentingnya sosok anak dalam keluarga, tak heran jika orang tua pasti akan melakukan yang terbaik untuk buah hatinya tersebut. Termasuk dalam memilih pendidikan untuk menunjang masa depannya kelak. Apalagi pendidikan adalah sebuah kebutuhan pokok akan kesuksesannya hidup didunia dan di akhirat kelak.
Sebenarnya pendidikan sudah diawali dari rumah, guru pertama anak adalah orang tua. Sejak dilahirkan sampai balita tentunya setiap anak selalu berinteraksi dengan ibu atau ayahnya, atau bahkan keduanya. Sehingga apa yang diucapkan dan dilakukan kedua orang tuanya menjadi sebuah contoh yang dapat ditiru oleh seorang anak. Namun kebanyakan orang menganggap bahwa sekolah dan madrasah paling bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Padahal jika dikaji lagi, seorang anak adalah jelas tanggung jawab dari kedua orang tuanya yang kelak akan diminta pertanggung jawabannya diakhirat.

Namun, kebanyakan orang tua tidak mampu mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang dibutuhkan antar waktu seukuran usianya, sehingga orang tua akan menitipkan anak-anaknya kepada lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah, pondok pesantren, les, atau kepada individu untuk dijadikan sebagai guru.
Berikut ini adalah beberapa tips untuk memilih lembaga pendidikan (sekolah) untuk memastikan anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang baik.

1. Tentukan jenis sekolahnya
Sekolah formal memang ada dua jenis, ada yang dibawah naungan kementrian pendidikan dan kebudayaan (dinas pendidikan) dan ada yang dibawah naungan kementrian agama (Kemenag). Keduanya memang berbeda dari hulu hingga ke hilir. Artinya perbedaannya dari segi kementrian pusatnya sudah berbeda sampai kepada lembaganya pun memiliki ciri khas yang berbeda juga. Hal ini perlu kita fahami karena jelas kita akan mengetahui plus dan minusnya sehingga jadi referensi yang mana yang sama dengan visi missi kita dalam mendidik seorang anak.
a.       Sekolah dibawah naungan kementrian pendidikan dan kebudayaan
Sekolah dibawah naungan dinas pendidikan ini diantaranya adalah SD, SMP, SMA/SMK.
sekolah-sekolah tersebut biasanya memiliki kurikulum yang lebih simpel jika dilihat dari jumlah mata pelajarannya. Artinya jumlah mata pelajarannya lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran Pendidikan Agama nya hanya dipatok 2 jam pelajaran saja dalam satu minggu, itupun hanya mata pelajaran agama atau satu mata pelajaran. Walaupun sekarang ini sudah banyak sekolah-sekolah yang sudah mengadopsi beberapa mata pelajaran tambahan seperti qiroat, tahfidz yang biasanya dimasukkan kedalam muatan lokal atau muatan ekstrakurikuler. Untuk mata pelajaran lainnya biasanya sama seperti sekolah dibawah naungan kemenag.
Memang untuk sekolah jenis ini biasanya waktu belajarnya lebih pendek ketimbang jenis sekolah dibawah naungan kemenag, artinya anak akan lebih cepat pulang. Sehingga saran saya jika kita memilih sekolah jenis ini, anak harus diberikan pendidikan agama diluar jam sekolah. Misalnya di madrasah yang diselenggarakan didesa. Kita juga perlu membimbing anak dalam segi praktek ibadahnya walaupun sebenarnya disekolah bapak ibu guru juga pasti mengarahkan. Namun untuk menanggulangi anak-anak kita terbawa arus pergaulan yang kini semakin sulit dipantau karena pengaruh globalisasi, maka sebaiknya kita harus lebih ekstra dalam mengawasi putra putri kita.
b.      Sekolah dibawah naungan kementrian agama
Sekolah dibawah naungan kementrian agama disebut madrasah (bukan sekolah). Madrasah memiliki pengertian yang sama dengan sekolah. Madrasah dibawah naungan kementrian agama diantaranya adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Masing-masing memiliki tingkatan yang sama dengan SD, SMP dan SMA/SMK. Jenjang waktu belajarnya pun sama yaitu 6 tahun untuk MI, 3 tahun untuk MTs dan 3 tahun untuk MA/MAK.
Karakteristik lembaga pendidikan ini adalah dengan lebih banyaknya mata pelajaran Pendidikan agamanya dibandingkan dengan sekolah dibawah naungan dinas pendidikan. Mata pelajaran agamanya pun dibagi-bagi lagi diataranya Fiqih, Quran dan Hadist, Akidah Ahlaq, sejarak kebudayaan islam dan bahasa arab. Bahkan terkadang untuk dibeberapa madrasah diterapkan juga tambahan mata pelajaran seperti tahsin dan tahfidz. Alhasil jumlah mata pelajarannya pun lebih banyak dan jumlah jam dalam satu minggu juga lebih banyak. Artinya para siswanya mendapatkan pendidikan agama yang lebih banyak dari siswa yang bersekolah dibawah naungan dinas pendidikan. Untuk mata pelajaran lainnya biasanya sama.
Tipsnya adalah jika kita hendak memasukkan anak ke jenis sekolah ini, alangkah baiknya diberikan motivasi dan bekal dasar yang cukup, contohnya jika kita hendak memasukkan anak kita ke Madrasah Aliyah, maka sebaiknya kita persiapkan anak kita untuk memasuki MTs terlebih dahulu agar memiliki pondasi keilmuan agama yang cukup ditingkat sebelumnya. Namun jika sudah terlanjur memasukkan anak kita ke SMP, itu bukan sebuah hambatan juga yang penting ada kesungguhan dari anak dan orang tua untuk dapat mengikuti pelajaran-palajaran di tingkat Madrasah Aliyah.
c.       Sekolah dibawah naungan kementrian pendidikan dan kebudayaan namun  memiliki kakrakter kementrian agama (perpaduan)
Kini sedang booming sekolah-sekolah baru yang bernuansa religius seperti MI,MTs dan MA/MAK namun berada dibawah naungan kementrian pendidikan dan kebudayaan yang biasa disebut Sekolah Islam Terpadu (IT). Sekolah IT adalah perpaduan antara kurikulum dinas pendidikan dan kementrian agama. Sekolah ini menawarkan keunggulan dari keduanya.

2. Tentukan Lokasinya
Setelah kita menentukan jenis sekolah yang akan kita pilih, maka kemudian kita cari sekolah dengan lokasi yang kita harapkan. Terkadang ada orang tua yang menginginkan sekolah untuk anaknya yang dekat-dekat saja agar tidak perlu antar jemput atau agar anak bisa berjalan kaki atau naik angkutan umum supaya menghindari berbagai resiko, atau ada juga orang tua yang ingin memilih sekolah dengan pertimbangan satu jalur dengan tempat kerjanya. Hal ini sah-sah saja asalkah ada kesepakatan antara anak dan orang tua sehingga tidak ada penyesalan dikemudian hari antara orang tua dan anak.

3. Biaya yang dibutuhkan
Terkadang kita menginginkan anak kita mendapatkan pendidikan disekolah yang bonavit dan terkenal karena anak-anak kita akan mendapakan pelayanan pendidikan yang prima seperti antar jemput mobil sekolah, makan siang yang sudah disediakan sekolah, atau fasilitas-fasilitas lainnya. Namun, biasanya fasailitas yang diberikan akan berbanding lurus dengan kebutuhan dana sekolah itu sendiri yang nantinya jelas akan dibebankan kepada orang tua.
Hal ini perlu diperhitungkan juga oleh kita karena dengan kita memasukkan anak kita ke sekolah tersebut, kita pun harus menghitung kemampuan keuangan kita karena jelas akan berdampak pada perekonomian keluarga.
Oleh karena itu kita perlu melakukan berbagai analisa diantaranya adalah dengan mencari informasi yang detil tentang sekolah target kita, misalnya bertanya kepada teman yang anaknya sekolah disekolah tersebut, atau dengan datang langsung (survey) untuk menanyakan informasi yang kita perlukan. Hal ini sangat efektif sebagai bahan pertimbangan kita. Karena dengan kita datang langsung, maka kita dapat mengetahui berbagai aspek yang kita perlukan dalam mempertimbangkan. Ya walaupun tidak semua sekolah yang bisa kita kunjungai, namun biasanya sekolah yang berbiaya cukup mahal selalu open jika ada yang ingin melakukan survey.
Namun jika dirasa kemampuan ekonomi kita masih lemah atau tidak akan sanggup dengan rincian biaya pada sekolah target, maka kita masih punya banyak option yang dapat diambil, karena sebenarnya, sekolah itu dimana saja, yang paling penting adalah bagaimana niat dan usaha dari anak dan orang tua untuk menimba ilmu. So, untuk alternatif, banyak sekolah yang bagus walaupun dengan tanpa biaya.

4. Jenjang karir yang akan ditempuh
Bagian terakhir yang juga sangat penting adalah jenjang karir yang akan ditempuh kemudian hari. Setiap orang tua memang banyak yang mengidam-idamkan anaknya untuk menjadi A, B, C atau D. Namun tidak sedikit pula orang tua yang tidak memikirkan hal tersebut dengan artian mereka memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk memilih masa depannya kelak. Namun sebagai orang tua tentu kita tidak boleh melepas begitu saja, jangan sampai anak kita memiliki ambisi/ cita-cita untuk menjadi preman misalnya, atau ingin menjadi orang yang dirasa kurang baik. Hal ini sebenarnya bisa saja terjadi karena efek pergaulan dan tontonan sehari-hari. Artinya kita tetap harus memberikan arahan-arahan kepada anak. Dalam memberikan arahan tentunya kita pun harus faham jalur-jalur pendidikan yang sesuai dengan keingainan anak. Misalnya jika anak kita bercita-cita menjadi dokter, maka sebaiknya memilih jenjang SLTA nya berupa SMA atau MA karena sesuai dengan keilmuannya yaitu jurusan MIA, bukan SMK. Atau saat anak kita hendak ingin menjadi seorang ahli mesin, maka lebih cocok jika mengambil jurusan tehnik mesin yang disediakan di SMK. Atau jika anak kita ingin masuk ke pondok pesantren maka akan sangat baik jika mengambil lembaga dibawah naungan kementrian agama yaitu MI, MTs dan MA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar