Anak adalah anugrah yang paling
berharga dalam kehidupan berumah tangga. Kehadirah sang buah hati menjadi hal
yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri, bahkan oleh
keluarga besarnya. Begitu pentingnya sosok anak dalam keluarga, tak heran jika
orang tua pasti akan melakukan yang terbaik untuk buah hatinya tersebut. Termasuk
dalam memilih pendidikan untuk menunjang masa depannya kelak. Apalagi pendidikan
adalah sebuah kebutuhan pokok akan kesuksesannya hidup didunia dan di akhirat
kelak.
Sebenarnya pendidikan sudah
diawali dari rumah, guru pertama anak adalah orang tua. Sejak dilahirkan sampai
balita tentunya setiap anak selalu berinteraksi dengan ibu atau ayahnya, atau
bahkan keduanya. Sehingga apa yang diucapkan dan dilakukan kedua orang tuanya
menjadi sebuah contoh yang dapat ditiru oleh seorang anak. Namun kebanyakan
orang menganggap bahwa sekolah dan madrasah paling bertanggung jawab atas
keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Padahal jika dikaji lagi, seorang anak
adalah jelas tanggung jawab dari kedua orang tuanya yang kelak akan diminta
pertanggung jawabannya diakhirat.
Namun, kebanyakan orang tua tidak
mampu mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang dibutuhkan antar waktu
seukuran usianya, sehingga orang tua akan menitipkan anak-anaknya kepada
lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah, pondok pesantren, les,
atau kepada individu untuk dijadikan sebagai guru.
Berikut ini adalah beberapa tips
untuk memilih lembaga pendidikan (sekolah) untuk memastikan anak-anak kita
mendapatkan pendidikan yang baik.
1. Tentukan jenis sekolahnya
1. Tentukan jenis sekolahnya
Sekolah formal
memang ada dua jenis, ada yang dibawah naungan kementrian pendidikan dan
kebudayaan (dinas pendidikan) dan ada yang dibawah naungan kementrian agama (Kemenag).
Keduanya memang berbeda dari hulu hingga ke hilir. Artinya perbedaannya dari
segi kementrian pusatnya sudah berbeda sampai kepada lembaganya pun memiliki
ciri khas yang berbeda juga. Hal ini perlu kita fahami karena jelas kita akan
mengetahui plus dan minusnya sehingga jadi referensi yang mana yang sama dengan
visi missi kita dalam mendidik seorang anak.
a.
Sekolah dibawah naungan kementrian
pendidikan dan kebudayaan
Sekolah dibawah naungan dinas pendidikan ini
diantaranya adalah SD, SMP, SMA/SMK.
sekolah-sekolah tersebut biasanya memiliki kurikulum
yang lebih simpel jika dilihat dari jumlah mata pelajarannya. Artinya jumlah
mata pelajarannya lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran
Pendidikan Agama nya hanya dipatok 2 jam pelajaran saja dalam satu minggu, itupun
hanya mata pelajaran agama atau satu mata pelajaran. Walaupun sekarang ini
sudah banyak sekolah-sekolah yang sudah mengadopsi beberapa mata pelajaran
tambahan seperti qiroat, tahfidz yang biasanya dimasukkan kedalam muatan lokal
atau muatan ekstrakurikuler. Untuk mata pelajaran lainnya biasanya sama seperti
sekolah dibawah naungan kemenag.
Memang untuk sekolah jenis ini biasanya waktu
belajarnya lebih pendek ketimbang jenis sekolah dibawah naungan kemenag,
artinya anak akan lebih cepat pulang. Sehingga saran saya jika kita memilih
sekolah jenis ini, anak harus diberikan pendidikan agama diluar jam sekolah. Misalnya
di madrasah yang diselenggarakan didesa. Kita juga perlu membimbing anak dalam segi
praktek ibadahnya walaupun sebenarnya disekolah bapak ibu guru juga pasti
mengarahkan. Namun untuk menanggulangi anak-anak kita terbawa arus pergaulan
yang kini semakin sulit dipantau karena pengaruh globalisasi, maka sebaiknya
kita harus lebih ekstra dalam mengawasi putra putri kita.
b.
Sekolah dibawah naungan
kementrian agama
Sekolah dibawah naungan kementrian agama disebut
madrasah (bukan sekolah). Madrasah memiliki pengertian yang sama dengan
sekolah. Madrasah dibawah naungan kementrian agama diantaranya adalah Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA)/Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK). Masing-masing memiliki tingkatan yang sama dengan SD,
SMP dan SMA/SMK. Jenjang waktu belajarnya pun sama yaitu 6 tahun untuk MI, 3
tahun untuk MTs dan 3 tahun untuk MA/MAK.
Karakteristik lembaga pendidikan ini adalah dengan
lebih banyaknya mata pelajaran Pendidikan agamanya dibandingkan dengan sekolah
dibawah naungan dinas pendidikan. Mata pelajaran agamanya pun dibagi-bagi lagi
diataranya Fiqih, Quran dan Hadist, Akidah Ahlaq, sejarak kebudayaan islam dan
bahasa arab. Bahkan terkadang untuk dibeberapa madrasah diterapkan juga tambahan
mata pelajaran seperti tahsin dan tahfidz. Alhasil jumlah mata pelajarannya pun
lebih banyak dan jumlah jam dalam satu minggu juga lebih banyak. Artinya para
siswanya mendapatkan pendidikan agama yang lebih banyak dari siswa yang
bersekolah dibawah naungan dinas pendidikan. Untuk mata pelajaran lainnya
biasanya sama.
Tipsnya adalah jika kita hendak memasukkan anak ke
jenis sekolah ini, alangkah baiknya diberikan motivasi dan bekal dasar yang
cukup, contohnya jika kita hendak memasukkan anak kita ke Madrasah Aliyah, maka
sebaiknya kita persiapkan anak kita untuk memasuki MTs terlebih dahulu agar
memiliki pondasi keilmuan agama yang cukup ditingkat sebelumnya. Namun jika
sudah terlanjur memasukkan anak kita ke SMP, itu bukan sebuah hambatan juga yang
penting ada kesungguhan dari anak dan orang tua untuk dapat mengikuti
pelajaran-palajaran di tingkat Madrasah Aliyah.
c.
Sekolah dibawah naungan
kementrian pendidikan dan kebudayaan namun
memiliki kakrakter kementrian agama (perpaduan)
Kini sedang booming sekolah-sekolah baru yang
bernuansa religius seperti MI,MTs dan MA/MAK namun berada dibawah naungan
kementrian pendidikan dan kebudayaan yang biasa disebut Sekolah Islam Terpadu
(IT). Sekolah IT adalah perpaduan antara kurikulum dinas pendidikan dan
kementrian agama. Sekolah ini menawarkan keunggulan dari keduanya.
2. Tentukan Lokasinya
Setelah kita menentukan jenis sekolah yang akan kita pilih, maka kemudian kita cari sekolah dengan lokasi yang kita harapkan. Terkadang ada orang tua yang menginginkan sekolah untuk anaknya yang dekat-dekat saja agar tidak perlu antar jemput atau agar anak bisa berjalan kaki atau naik angkutan umum supaya menghindari berbagai resiko, atau ada juga orang tua yang ingin memilih sekolah dengan pertimbangan satu jalur dengan tempat kerjanya. Hal ini sah-sah saja asalkah ada kesepakatan antara anak dan orang tua sehingga tidak ada penyesalan dikemudian hari antara orang tua dan anak.
Setelah kita menentukan jenis sekolah yang akan kita pilih, maka kemudian kita cari sekolah dengan lokasi yang kita harapkan. Terkadang ada orang tua yang menginginkan sekolah untuk anaknya yang dekat-dekat saja agar tidak perlu antar jemput atau agar anak bisa berjalan kaki atau naik angkutan umum supaya menghindari berbagai resiko, atau ada juga orang tua yang ingin memilih sekolah dengan pertimbangan satu jalur dengan tempat kerjanya. Hal ini sah-sah saja asalkah ada kesepakatan antara anak dan orang tua sehingga tidak ada penyesalan dikemudian hari antara orang tua dan anak.
3. Biaya yang dibutuhkan
Terkadang kita
menginginkan anak kita mendapatkan pendidikan disekolah yang bonavit dan
terkenal karena anak-anak kita akan mendapakan pelayanan pendidikan yang prima
seperti antar jemput mobil sekolah, makan siang yang sudah disediakan sekolah,
atau fasilitas-fasilitas lainnya. Namun, biasanya fasailitas yang diberikan
akan berbanding lurus dengan kebutuhan dana sekolah itu sendiri yang nantinya
jelas akan dibebankan kepada orang tua.
Hal ini perlu
diperhitungkan juga oleh kita karena dengan kita memasukkan anak kita ke
sekolah tersebut, kita pun harus menghitung kemampuan keuangan kita karena
jelas akan berdampak pada perekonomian keluarga.
Oleh karena itu
kita perlu melakukan berbagai analisa diantaranya adalah dengan mencari
informasi yang detil tentang sekolah target kita, misalnya bertanya kepada
teman yang anaknya sekolah disekolah tersebut, atau dengan datang langsung
(survey) untuk menanyakan informasi yang kita perlukan. Hal ini sangat efektif sebagai
bahan pertimbangan kita. Karena dengan kita datang langsung, maka kita dapat
mengetahui berbagai aspek yang kita perlukan dalam mempertimbangkan. Ya walaupun
tidak semua sekolah yang bisa kita kunjungai, namun biasanya sekolah yang
berbiaya cukup mahal selalu open jika ada yang ingin melakukan survey.
Namun jika
dirasa kemampuan ekonomi kita masih lemah atau tidak akan sanggup dengan
rincian biaya pada sekolah target, maka kita masih punya banyak option yang
dapat diambil, karena sebenarnya, sekolah itu dimana saja, yang paling penting
adalah bagaimana niat dan usaha dari anak dan orang tua untuk menimba ilmu. So,
untuk alternatif, banyak sekolah yang bagus walaupun dengan tanpa biaya.
4. Jenjang karir yang akan ditempuh
4. Jenjang karir yang akan ditempuh
Bagian terakhir
yang juga sangat penting adalah jenjang karir yang akan ditempuh kemudian hari.
Setiap orang tua memang banyak yang mengidam-idamkan anaknya untuk menjadi A,
B, C atau D. Namun tidak sedikit pula orang tua yang tidak memikirkan hal
tersebut dengan artian mereka memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk
memilih masa depannya kelak. Namun sebagai orang tua tentu kita tidak boleh
melepas begitu saja, jangan sampai anak kita memiliki ambisi/ cita-cita untuk
menjadi preman misalnya, atau ingin menjadi orang yang dirasa kurang baik. Hal ini
sebenarnya bisa saja terjadi karena efek pergaulan dan tontonan sehari-hari. Artinya
kita tetap harus memberikan arahan-arahan kepada anak. Dalam memberikan arahan
tentunya kita pun harus faham jalur-jalur pendidikan yang sesuai dengan
keingainan anak. Misalnya jika anak kita bercita-cita menjadi dokter, maka
sebaiknya memilih jenjang SLTA nya berupa SMA atau MA karena sesuai dengan
keilmuannya yaitu jurusan MIA, bukan SMK. Atau saat anak kita hendak ingin
menjadi seorang ahli mesin, maka lebih cocok jika mengambil jurusan tehnik
mesin yang disediakan di SMK. Atau jika anak kita ingin masuk ke pondok
pesantren maka akan sangat baik jika mengambil lembaga dibawah naungan
kementrian agama yaitu MI, MTs dan MA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar