Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina.
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ يا الْصِيْنِ
Artinya: "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China."
Sementara, dikutip dari Hadits Tarbawi oleh Abu Ubaidah, hadits tersebut merupakan potongan
dari hadits lengkap yang berbunyi :
أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ يا الْصِيْنِ فَإِنَّ الْعِلْمَ فَرِضَة عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنَحَتِهَا لِطَلِبِ رِضَا عًا بِمَا يَطْلُبُ
Artinya: "Carilah ilmu sekalipun di negeri China, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena ridha terhadap amal perbuatannya."
أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Artinya : “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”
Begitu menakjubkan melihat orang-orang yang membuat tulisan tentang perjalanan mereka dalam menempuh pendidikan tinggi. Terlebih bagi yang menempuh pendidikan di luar negeri dengan perjuangan yang luar biasa. Perjuangan yang mereka rasakan bukan hanya perjuangan menempuh jenjang akademik yang harus diikuti mengikuti kurikulum disana, tetapi sering kita tahu bahwa mereka berjuang dari sisi-sisi lain seperti perjuangan dalam keterbatasan dana, berjuang dari jauhnya hidup bersama keluarga, berjuang melawan sakit yang dirasakan dan sisi-sisi lainnya.
Siapa yang tak kenal Baharudin Jusuf Habibie, seorang Presiden Republik Indonesia ke 3 yang juga namanya malang melintang didunia dirgantara dan Crack progression theory yang digunakan hingga saat ini di dunia.
Perjuangan menuntut ilmu sebenarnya bisa dilakukan kapan saja, tetapi saat masih muda adalah waktu terbaik untuk melakukannya. Masa muda memiliki potensi terbaik karena selain faktor fisik yang masih kuat, daya ingat dan keberanian masih sangat baik. Beban hidup masih relatif ringan berbeda jika sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan nafkah bagi istri dan anak-anak.
Namun sekali lagi saya ingatkan, tidak ada kata terlambat dalam membangun sebuah pondasi keilmuan kita, asalkan memiliki niat yang tulus dan keinginan yang kuat, sudah pasti bisa melakukannya.
Saya banyak menghabiskan waktu dari usia muda hingga saat usia 35 tahun dengan mencoba hal-hal baru, terutama dalam dunia pendidikan. Pengalaman yang sudah hampir 15 tahun dari mulai mengajar anak-anak TK, SMP, MTs, MA dan SMA serta SD sudah pernah dilakukan. Lembaga pendidikan formal maupun non formal juga pernah ikut berkontribusi. Bahkan tidak hanya mengajar, saya ikut aktif berperan dalam mendirikan beberapa lembaga sekolah yang hingga saat ini masih beroperasi.
Saya sudah merasakan pahit manisnya menjadi guru disekolah atau lembaga non formal lainnya. Suka duka itu adalah hal yang lumrah yang pasti dialami oleh rekan-rekan guru dilembaga lain. Pengalaman adalah salah satu guru berharga untuk membentuk karakter dan kepribadian kita dimasa depan. Untungnya, saya memiliki harapan dan cita-cita dibidang ini sejak duduk di bangku sekolah dasar sehingga keingainan ini benar-benar kuat dari dalam hati, juga dalam untaian doa ibu bapak yang juga sama meridhoi saya menjadi guru.
Saat ini hasrat untuk belajar semakin besar, prinsip dasar belajar adalah tidak hanya harus dibangku sekolah, belajar bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun serta kepada siapapun. Jangan sampai kita merasa rendah saat belajar kepada orang yang usianya dibawah kita, karena ilmu itu tidak mengenal umur. Jangan juga merasa ragu saat belajar hanya dibawah pohon, karena hakikatnya ilmu itu datangnya dari Allah SWT. Siapapun guru kita, dimanapun kita belajar adalah sebagai wasilah, yaitu perantara.
Menurut Prof. DR. Achmad Kholiq, Selain ikhtiar belajar, kita juga wajib berdoa meminta kepada tuhan agar mendapatkan ilmu dari apa yang sedang kita pelajari. Kita harus menghadirkan Allah dalam setiap urusan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar