Kamis, 30 April 2020

EFEK CORONA BAGI PEREKONOMIAN RAKYAT


Mungkin suatu saat nanti dibuku-buku sejarah akan tertulis pada tahun 2019 dan tahun 2020, telah terjadi wabah yang sangat dahsyat yang menyebabkan setiap negara mengambil kebijakan agar masyarakatnya tetap berada dirumah dengan waktu yang tidak pasti sampai kapan, karena salah satu cara melawan penyebaran wabah ini adalah dengan diam dirumah, bukan melawan apalagi berperang. Memang sedikit aneh ketika ada ajakan “ayo lawan virus corona dengan tetap berdiam diri dirumah!”, tapi memang seperti itulah kondisinya. Tidak ada cara lain melawan wabah ini selain dengan memutus rantai persebarannya sementara para tim medis menangani para korban yang sudah terbaring dirumah sakit-rumah sakit yang sudah ditetapkan, serta para ilmuan yang sedang menyusun racikan obat dan vaksin.
Baca juga : Mengenal COVID_19

Ya, wabah ini disebabkan oleh mahluk peralihan (dalam istilah biologi) bernama virus. Virus yang disebut virus corona yang dikenal dengan istilah COVID_19 (Corona virus disease 2019) yang memang ditemukan menginfeksi manusia pada akhir tahun 2019 di Wuhan negri tirai bambu China.
Awalnya banyak orang yang tidak menyangka bahwa virus ini akan menyebar menjadi sebuah pandemi, bahkan mungkin kita sendiri tidak begitu menghiraukannya dan tidak terbayang akan sampai ke pelosok-pelosok kampung didaerah kita yang menyebabkan ketegangan yang cukup luar biasa sampai sholat jumat dan terawih ditiadakan disebagaian besar wilayah di negri kita yang mayoritasnya muslim.
Secara hampir bersamaan tiap negara hampir kompak memberlakukan Lock Down. Sebuah istilah yang menjadi trend pada saat ini. Lock down artinya menghentikan aktivitas atau mobilitas manusia secara sosial maupun pekerjaan dengan mengharuskan masyarakat tetap berada dirumah masing-masing. Contoh negara yang memberlakukan lock down adalah China, Italia, Belanda, Spanyol, Prancis, Filipina, Malaysia.
 Ada beberapa negara yang terkena dampang yang sangat parah dari pandemi ini, negara yang presentasi kematian yang paling tinggi adalah negara Italia dan Iran, bahkan Italia merupakan negara yang mengalahkan China, negara asal munculnya virus jika dilihat dari jumlah kematian penderitanya. USA saja yang merupakan negara adidaya, tidak luput dari serangan virus ini bahkan dengan jumlah penderita yang sangat fantastis.
Lalu bagaimana dengan negri kita sendiri?
Konfirmasi masuknya virus Corona adalah ditemukan pada dua warga Depok Jawa Barat yang diumumkan pada senin, 2/3/2020 oleh presiden digedung Istana Kepresidenan (sumber : compas.com) . Lantas apa yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi penularan yang sudah masuk ke tanah air?
Berbeda dengan beberapa negara lain yang menerapkan kebijakan Lock Down, negara kita dengan jumlah penduduk yang sangat banyak bahkan terbanyak ke empat didunia ini lebih memilih kebijakan Social Distancing dan  Physical Distancing yaitu mengharuskan tiap masyarakat untuk sama-sama menjaga jarak antara satu dengan yang lain minimal 1-1,5 meter dan menghindari kontak fisik secara langsung seperti bersalaman. Hal ini dianggap mampu mengurangi resiko penularan virus karena menurut beberapa informasi bahwa virus ini akan sangat mudah menyebar melalui kontak fisik bahkan melalui udara.
Namun kebijakan Social Distancing dan  Physical Distancing masih dianggap belum mampu menurunkan jumlah perkembangan virus, pemerintah juga mulai menerapkan kebijakan bekerja, belajar dan beribadah dirumah, sehingga didaerah-daerah tertentu mulai meliburkan sekolah-sekolah, kampus dan bahkan menutup perkantoran dan mengarahkan tiap pegawai tertentu bekerja dirumah.
Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan grasi kepada sekian orang narapidana yang jumlahnya cukup besar.
Di Indonesia per 30 April 2020 terdata kasus mencapai 10.118 orang dengan total yang dirawat sebanyak 7.804 orang, meninggal sebanyak 782 orang dan sembuh sebanyak 1.522 orang (sumber : covid19.go.id) dan sudah terlebih dahulu menerapkan kebijakan PSBB (pembatasan sosial berskala besar), artinya sudah mulai mengkarantina warganya untuk tidak keluar dari wilayah provinsi Jakarta.
Bahkan sejak tanggal 24 April, ribuan kendaraan yang hendak keluar dari wilayah ini terpaksa diarahkan untuk memutar balik tujuan dan tidak diperkenankan meninggalkan wilayah. Hal ini sangat beralasan karena persebaran virus yang sangat cepat ini tidak lagi terpusat dipusat kota seperti jakarta, tetapi sudah mulai menyebar dipelosok-pelosok negri di tanah air sehingga penanganan pasien COVID_19 semakin harus ditingkatkan bahkan ke tiap pelosok. Padahal tidak semua daerah sudah siap dalam hal penanganan pasien baik dari rumah sakit rujukan sampai peralatan medis, belum lagi menghitung dana dan sebagainya.
sumber : kompas.com

Tidak hanya di jakarta, dibeberapa daerahpun rencananya akan menerapkan PSBB, artinya hilir mudik semakin dibatasi antar wilayah. Apalagi mendekati Idul fitri biasanya menjadi puncak dari mobilitas manusia dari tempat satu ke tempat yang lain. Sehingga sangat logis jika karantina masal ini diberlakukan hingga pasca lebaran.
Lalu bagaimana nasib masyarakat atas beberapa kebijakan ini?
Setiap kebijakan pasti ada saja keuntungan dan kerugian. Namanya juga kebijakan, artinya menyimpang dari keumuman atau aturan demi kemaslahatan yang lebih baik. Kemaslahatan disini bisa dikatakan adalah kesehatan dan keselamatan bangsa dan mencegah lebih terpuruknya kondisi di tanah air. Karena jika dibiarkan, otomatis wabah ini akan semakin meluas dan semakin penuh rumah sakit-rumah sakit, tidak maksimalnya penanganan pasien, semakin lemahnya tenaga medis dengan energi terkuras, semakin membengkaknya dana yang harus digelontorkan, dan akhirnya konsentrasi dalam menjalankan roda pemerintahan, roda perekonomian, kehidupan sosial bermasyarakat, keamanan dan lain sebagainya akan tergoncang.
Namun disisi lain, dengan kondisi dan kebijakan-kebijakan yang telah digulirkan pasti ada efek buruknya, terutama yang paling terkena imbasnya adalah masyarakat dengan ekonomi rendah alias wong cilik. Sungguh sedih dengan kondisi ini melihat lemahnya roda perekonomian masyarakat saat ini, dari mulai sepinya orderan, sepinya pembeli dan lebih menyedihkannya banyaknya PHK, semakin membuat kita terguncang. Memang apalagi yang mau dikata, seperti ini kondisinya. Yang penting jangan sampai ada yang mengambil keuntungan dari kondisi ini hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok, kecuali bagi para orang-orang yang kreatif dengan memanfaatkan situasi untuk tetap bertahan menghidupi keluarga seperti membuat masker, menjadi penyedia jasa pengiriman, bahkan menjadi pembuat APD yang katanya dengan stok yang terbatas bahkan sulit didapat.
Apresiasi kepada para pimpinan dan pejabat yang telah peduli atas kondisi rakyat yang dibawah dengan memberikan bantuan kebutuhan pokok untuk hidup, dari mulai PKH (Program keluarga harapan), Sembako, Kartu Prakerja, bahkan bantuan langsung dari gubernur, Kabupaten dan desa. Intinya walaupun pembangunan fisik agak tersendat karena wabah ini, namun keselamatan masyarakat lebih utama dan harus diutamakan. Namun dalam penyaluran bantuan-bantuan tersebut semoga dapat dirasakan oleh warga masyarakat yang tepat sasaran karena disamping asas kemanfaatan, juga menjaga stabilitas dan kondusifitas sosial tetap terjaga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar