Mungkin suatu saat nanti
dibuku-buku sejarah akan tertulis pada tahun 2019 dan tahun 2020, telah terjadi
wabah yang sangat dahsyat yang menyebabkan setiap negara mengambil kebijakan
agar masyarakatnya tetap berada dirumah dengan waktu yang tidak pasti sampai
kapan, karena salah satu cara melawan penyebaran wabah ini adalah dengan diam
dirumah, bukan melawan apalagi berperang. Memang sedikit aneh ketika ada ajakan
“ayo lawan virus corona dengan tetap berdiam diri dirumah!”, tapi memang
seperti itulah kondisinya. Tidak ada cara lain melawan wabah ini selain dengan
memutus rantai persebarannya sementara para tim medis menangani para korban
yang sudah terbaring dirumah sakit-rumah sakit yang sudah ditetapkan, serta
para ilmuan yang sedang menyusun racikan obat dan vaksin.
Ya, wabah ini disebabkan oleh
mahluk peralihan (dalam istilah biologi) bernama virus. Virus yang disebut
virus corona yang dikenal dengan istilah COVID_19 (Corona virus disease 2019)
yang memang ditemukan menginfeksi manusia pada akhir tahun 2019 di Wuhan negri
tirai bambu China.
Awalnya banyak orang yang tidak
menyangka bahwa virus ini akan menyebar menjadi sebuah pandemi, bahkan mungkin
kita sendiri tidak begitu menghiraukannya dan tidak terbayang akan sampai ke
pelosok-pelosok kampung didaerah kita yang menyebabkan ketegangan yang cukup
luar biasa sampai sholat jumat dan terawih ditiadakan disebagaian besar wilayah
di negri kita yang mayoritasnya muslim.
Secara hampir bersamaan tiap
negara hampir kompak memberlakukan Lock Down. Sebuah istilah yang menjadi trend
pada saat ini. Lock down artinya menghentikan aktivitas atau mobilitas manusia
secara sosial maupun pekerjaan dengan mengharuskan masyarakat tetap berada
dirumah masing-masing. Contoh negara yang memberlakukan lock down adalah China,
Italia, Belanda, Spanyol, Prancis, Filipina, Malaysia.
Ada beberapa negara yang terkena dampang yang
sangat parah dari pandemi ini, negara yang presentasi kematian yang paling
tinggi adalah negara Italia dan Iran, bahkan Italia merupakan negara yang
mengalahkan China, negara asal munculnya virus jika dilihat dari jumlah
kematian penderitanya. USA saja yang merupakan negara adidaya, tidak luput dari
serangan virus ini bahkan dengan jumlah penderita yang sangat fantastis.
Lalu bagaimana dengan negri kita
sendiri?
Konfirmasi masuknya virus Corona
adalah ditemukan pada dua warga Depok Jawa Barat yang diumumkan pada senin,
2/3/2020 oleh presiden digedung Istana Kepresidenan (sumber : compas.com) .
Lantas apa yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi penularan yang sudah masuk
ke tanah air?
Berbeda dengan beberapa negara
lain yang menerapkan kebijakan Lock Down, negara kita dengan jumlah penduduk
yang sangat banyak bahkan terbanyak ke empat didunia ini lebih memilih
kebijakan Social Distancing dan Physical
Distancing yaitu mengharuskan tiap masyarakat untuk sama-sama menjaga jarak
antara satu dengan yang lain minimal 1-1,5 meter dan menghindari kontak fisik
secara langsung seperti bersalaman. Hal ini dianggap mampu mengurangi resiko
penularan virus karena menurut beberapa informasi bahwa virus ini akan sangat
mudah menyebar melalui kontak fisik bahkan melalui udara.
Namun kebijakan Social
Distancing dan Physical
Distancing masih dianggap belum mampu menurunkan jumlah perkembangan virus,
pemerintah juga mulai menerapkan kebijakan bekerja, belajar dan beribadah
dirumah, sehingga didaerah-daerah tertentu mulai meliburkan sekolah-sekolah,
kampus dan bahkan menutup perkantoran dan mengarahkan tiap pegawai tertentu bekerja
dirumah.
Tak hanya itu, pemerintah juga
memberikan grasi kepada sekian orang narapidana yang jumlahnya cukup besar.
Di Indonesia per 30 April 2020 terdata
kasus mencapai 10.118 orang dengan total yang dirawat sebanyak 7.804 orang,
meninggal sebanyak 782 orang dan sembuh sebanyak 1.522 orang (sumber :
covid19.go.id) dan sudah terlebih dahulu menerapkan kebijakan PSBB (pembatasan
sosial berskala besar), artinya sudah mulai mengkarantina warganya untuk tidak
keluar dari wilayah provinsi Jakarta.
Bahkan sejak tanggal 24 April,
ribuan kendaraan yang hendak keluar dari wilayah ini terpaksa diarahkan untuk
memutar balik tujuan dan tidak diperkenankan meninggalkan wilayah. Hal ini
sangat beralasan karena persebaran virus yang sangat cepat ini tidak lagi
terpusat dipusat kota seperti jakarta, tetapi sudah mulai menyebar
dipelosok-pelosok negri di tanah air sehingga penanganan pasien COVID_19
semakin harus ditingkatkan bahkan ke tiap pelosok. Padahal tidak semua daerah
sudah siap dalam hal penanganan pasien baik dari rumah sakit rujukan sampai
peralatan medis, belum lagi menghitung dana dan sebagainya.
sumber : kompas.com |
Tidak hanya di jakarta,
dibeberapa daerahpun rencananya akan menerapkan PSBB, artinya hilir mudik
semakin dibatasi antar wilayah. Apalagi mendekati Idul fitri biasanya menjadi
puncak dari mobilitas manusia dari tempat satu ke tempat yang lain. Sehingga sangat
logis jika karantina masal ini diberlakukan hingga pasca lebaran.
Lalu bagaimana nasib masyarakat atas
beberapa kebijakan ini?
Setiap kebijakan pasti ada saja
keuntungan dan kerugian. Namanya juga kebijakan, artinya menyimpang dari
keumuman atau aturan demi kemaslahatan yang lebih baik. Kemaslahatan disini
bisa dikatakan adalah kesehatan dan keselamatan bangsa dan mencegah lebih
terpuruknya kondisi di tanah air. Karena jika dibiarkan, otomatis wabah ini
akan semakin meluas dan semakin penuh rumah sakit-rumah sakit, tidak
maksimalnya penanganan pasien, semakin lemahnya tenaga medis dengan energi
terkuras, semakin membengkaknya dana yang harus digelontorkan, dan akhirnya
konsentrasi dalam menjalankan roda pemerintahan, roda perekonomian, kehidupan
sosial bermasyarakat, keamanan dan lain sebagainya akan tergoncang.
Namun disisi lain, dengan kondisi
dan kebijakan-kebijakan yang telah digulirkan pasti ada efek buruknya, terutama
yang paling terkena imbasnya adalah masyarakat dengan ekonomi rendah alias wong
cilik. Sungguh sedih dengan kondisi ini melihat lemahnya roda perekonomian
masyarakat saat ini, dari mulai sepinya orderan, sepinya pembeli dan lebih
menyedihkannya banyaknya PHK, semakin membuat kita terguncang. Memang apalagi
yang mau dikata, seperti ini kondisinya. Yang penting jangan sampai ada yang
mengambil keuntungan dari kondisi ini hanya untuk kepentingan pribadi atau
kelompok, kecuali bagi para orang-orang yang kreatif dengan memanfaatkan
situasi untuk tetap bertahan menghidupi keluarga seperti membuat masker,
menjadi penyedia jasa pengiriman, bahkan menjadi pembuat APD yang katanya
dengan stok yang terbatas bahkan sulit didapat.
Apresiasi kepada para pimpinan
dan pejabat yang telah peduli atas kondisi rakyat yang dibawah dengan
memberikan bantuan kebutuhan pokok untuk hidup, dari mulai PKH (Program
keluarga harapan), Sembako, Kartu Prakerja, bahkan bantuan langsung dari gubernur,
Kabupaten dan desa. Intinya walaupun pembangunan fisik agak tersendat karena
wabah ini, namun keselamatan masyarakat lebih utama dan harus diutamakan. Namun
dalam penyaluran bantuan-bantuan tersebut semoga dapat dirasakan oleh warga masyarakat
yang tepat sasaran karena disamping asas kemanfaatan, juga menjaga stabilitas
dan kondusifitas sosial tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar